Latest Post

Transfer Factor dan Aplikasi Klinisnya

Steven J. Bock, M.D.
Reprinted with Permission from the International Journal of Integrative Medicine


Sistem imun merupakan hal yang rumit sekaligus menakjubkan. Beruntunglah, Sang Pencipta memberikan bayi suatu pertolongan. Kita sadar betapa pentingnya pemberian ASI (Air Susu Ibu) bagi kemampuan sistem imun. Dalam kondisi dunia yang semakin bahaya, kita diserang oleh berbagai agen penyebab penyakit (patogen). Sistem imun kita pun mengalami perubahan tidak menentu. Transfer Factor (TF), faktor imun utama pada kolostrum, dapat menjadi senjata utama tubuh kita menangkal pathogen. Transfer Factor melatih dan mendidik secara terus menerus sistem imun.

H.S. Lawrence menemukan transfer factor pada tahun 1949, ketika ia berhadapan dengan masalah penyakit tuberculosis (TBC). Apa yang ia coba temukan adalah keberadaan komponen darah yang dapat membawa sensitivitas tubercular dari seseorang yang telah sembuh dari TBC ke orang yang belum terkena. Transfusi darah secara keseluruhan dapat dilakukan, tapi hanya pada orang yang mempunyai golongan darah sama. Lawrence pada awalnya memisahkan sel-sel imun darah, sel limfosit atau sel darah putih, dari seluruh komponen darah. Kemudian ia memecah limfosit menjadi beberapa ukuran fraksi. Apa yang ia temukan adalah molekul fraksi terkecil yang dapat mentransfer sensitivitas tuberculin pada pasien sehat lain. Molekul inilah yang ia namakan transfer factor.

Transfer factors adalah molekul kecil berukuran 3,500-6,000 kDa berat molekul, terdiri dari oligoribonucleotides yang melekat pada molekul peptida. Dahulu, molekul ini hanya didapat dari proses dialisa (pemecahan) sel darah putih, tapi sekarang dapat disarikan dari bovine colostrum. Mereka diproduksi oleh sel limfosit-T dan dapat mentransfer kemampuan untuk mengenal pathogen kepada sel yang belum pernah kontak dengan pathogen tersebut (fungsi memori). Mereka juga memperkuat kemampuan sistem imun untuk bereaksi (fungsi inducer/perangsang) terhadap pathogen. Transfer factor memungkinkan sel-T lebih mengenal terhadap pathogen. Di sisi lain, Transfer Factor bisa bertindak sebagai produk gen yang membantu sel-T lain menyerang. (1)

Fungsi perangsangan/inducer transfer factor menghubungkan sel-sel imun berikatan dengan antigen, sehingga meningkatkan reaksi stimulus terhadap antigen. Fungsi supresi menahan reaksi berlebihan sel-T(2) dan memberi tanda pada sel untuk menurunkan respon imunnya. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya alergi atau kondisi autoimmune.

Peranan sel TH1, TH2

Sebelum kita mengerti kegunaan/fungsi transfer factor, sangat penting bila kita mengerti dulu tentang paradigma sel TH1 helper/TH2 helper. Sel limfosit T-helper berkembang menjadi 2 jenis sel. Sel TH1, mengatur imunitas seluler (cell-mediated immune), memproduksi: cytokines: IL-2, IFN-gamma, and TNF-alpha. Sel TH2 cells, mengatur imunitas humoral, atau produksi antibody, memproduksi: IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, dan IL-13. Jika anda telah mengerti dan familiar dengan keadaan fenotip dominan TH1/TH2 pada seseorang, anda dapat lebih mudah mengidentifikasi kondisi tubuh atau kondisi penyakit pada orang tersebut dan membuat terapi yang tepat.

Respon sel imun seluler atau sel-TH1 helper sangat penting terhadap kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap berbagai serangan virus, jamur, parasit, kanker, dan organisme intraselular. Imunitas seluler dapat dites dengan:


1.
Skin tests-delayed hypersensitivity skin
5.
T-cell subsets;

testing;
6.
IL-2R
2.
Response to non-specific mitogens,
7.
NK cell level;

such as phytohemagglutinin (PHA),
8.
NK cell activity;

concavalina, or pokeweed mitogens;
9.
IL1 assay; and
3.
Response to specific mitogens, such as
10.
IL2 and interferon gamma, and other

diptheria, tetanus, or candida;

cytokines
4.
Response to alloantigens-mixed



lymphocyte reaction



Jika seseorang berada pada kondisi dominant-TH2, dimana terjadi penurunan imunitas selular dan penguatan imunitas humoral, maka kondisi yang akan terjadi adalah:

1.
Allergies
9.
Pertussis vaccination
2.
Chronic sinusitis
10.
Malaria
3.
Atopic eczema
11.
Helminth infection
4.
Asthma
12.
Hepatitis C
5.
Systemic autoimmune conditions such
13.
Chronic glardlasis

as lupus erythematosus and mercury-
14.
Hypercortisolism

induced autoimmunity
15.
Chronic candidiasis
6.
Vacctination-induced state
16.
Cancer
7.
Certain cases of autism
17.
Viral infections
8.
Hyperinsulinism
18.
Ulcerative colitis

A. Pada kondisi dominant-TH1, kondisi yang timbul adalah:
1.
Diabetes type 1
7.
Sjögren’s syndrome
2.
Multiple sclerosis
8.
Psoriasis
3.
Rheumatoid arthritis
9.
Sarcoidosis
4.
Uveitis
10.
Chronic Lyme disease
5.
Crohn’s disease
11.
H. Pylori infections
6.
Hashimoto’s disease
12.
E. histolytica

Pada kondisi hamil, terjadi keadaan dominant-TH2. Hal ini sangat baik untuk kondisi kehamilan. Bila berada pada kondisi dominan-TH1, atau respon imunitas seluler lebih dominant, akan menginduksi terjadinya penolakan terhadap fetus dan plasenta. (3) Karena reaksinya yang menstimulasi respon TH1 dalam banyak kasus, transfer factor sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan normal. Penyakit autoimun tertentu, seperti multiple sclerosis dan rheumatoid arthritis, yang terjadi pada kondisi dominant-TH1, akan membaik selama kehamilan. (4)

Kondisi dominant-TH1 secara umum tidak dapat ditolong oleh transfer factor. Namun beberapa penyakit seperti rheumatoid arhtritis, multiple sclerosis, and Crohn’s disease, dapat timbul sebagai akibat adanya infeksi atau reaksi terhadap patogen. Jika respon TH1 tidak cukup adekuat untuk mendorong sistem imun menyerang mikroba, maka transfer factor akan meningkatkan proses penyerangan tersebut dan sangat efektif pada kasus-kasus tertentu. Secara klinis hal ini dapat terjadi pada kasus-kasus seperti: Crohn’s disease, multiple sclerosis, and chronic Lyme disease, dimana terjadi kondisi dominant-TH1.
Transfer factor dapat meningkatkan fungsi imunitas seluler atau mendorong terjadinya kondisi TH2 menjadi TH1. Hal ini sangat berguna pada keadaan dominan-TH2. Secara normal, pada saat terpapar bakteri dan infeksi pada masa kanak-kanak, yang ada pada kondisi dominant-TH2, maka kondisi TH1 akan ditingkatkan sehingga kemudian terjadi keseimbangan TH1/TH2. (5) Jika kondisi dominant-TH2 tetap terjadi, akan mengakibatkan terjadinya atopic, atau keadaan alergi. Kita melihat hal ini dengan semakin banyaknya tingkat kejadian allergic symptoms, postnasal drip, asthma, dsb.

Di sisi lain akibat kondisi dominant-TH2 adalah penurunan TH1 atau imunitas seluler. Sehingga kita melihat makin banyak terjadinya kasus infeksi virus, infeksi jamur, dan kanker. Vaksinasi diberikan untuk mendorong terciptanya kondisi TH2. Untuk membantu mengatasi masalah ini, kita dapat menggunakan Transfer factor sebelum dan sesudah imunisasi.


Cancer, Cell-mediated Immunity (TH1), and Transfer Factor

Karena kanker berhubungan dengan kondisi defisiensi/penurunan kondisi TH1, transfer factor harus dipertimbangkan pada terapi peningkatan imun pasien kanker. Faktor-faktor yang dapat menurunkan imunitas seluler/TH1 dan terjadi peningkatan dominant-TH2 adalah: umur, perawatan kanker yang sitotoksik, stress setelah pembedahan, penyakit metastatis, dll. (6) Cell-mediated immunity (CMI) dapat menjadi predictor tingkat morbiditas dan mortalitas pada usia di atas 60 tahun. Pada pasien dengan liver metastases atau colon rectal carcinoma, CMI adalah faktor prediksi seseorang dapat bertahan atau tidak. (7) Penurunan imunitas seluler seiring dengan peningkatan sirkulasi imun kompleks, mengindikasikan buruknya prognosis pada pasien kanker. (8) Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien dengan kanker kulit multiple terdapat kerusakan/penurunan CMI. (9) Pada penelitian pasien kanker rahim, yang dibandingkan dengan grup control, mereka yang menjalani kemoterapi terjadi penurunan pada parameter imunnya (seperti, penurunan cell-mediated immunity), sementara grup yang menerima immunotherapy (dalam hal ini, thymopeptin) parameter imunnya berada dalam batas normal. (10,11)

Penurunan imunitas pada pasien kanker, menyebabkan mereka mudah terkena infeksi oleh berbagai virus, seperti herpes zoster and cytomegalovirus (CMV). Infeksi terjadi sebagai akibat dari terapi cytotoxic therapy dan defisiensi imunitas seluler / TH1. (12) Kondisi dominant-TH1, ditandai dengan peningkatan jumlah IL-2 dan IFN-gamma, bertindak sebagai stimulator imun dan membatasi pertumbuhan tumor. Sebaliknya, kondisi dominant-TH2, ditandai dengan IL-4 and IL-10 cytokines, bertindak sebagai penghambat imun dan menstimulasi pertumbuhan tumor. Perkembangan HIV menjadi infeksi HHV8 disertai Kaposi sarcoma, ulcerative colitis, berkembangnya kanker kolon, obesitas, dan peningkatan kejadian terjadinya karsinoma, semuanya adalah berhubungan dengan peningkatan kondisi TH2 (dan penurunan kondisi TH1). Studi menunjukkan bahwa pergeseran kondisi menjadi dominant-TH2 terjadi sebelum transformasi kanker. Ketika sel kanker tumbuh, sel menjadi semakin hypoxic. Hal ini menyebabkan imunitas seluler lebih tertekan, dan terjadi penurunan daya tahan. Studi menunjukkan bahwa respon imun TH2 berhubungan dengan kondisi proangiogenesis, yang memfasilitasi pertumbuhan kanker. (13)

Transfer factor menunjukkan kemampuan memperbaiki imunitas seluler pada pasien yang mengalami penurunan imunitas. (14) Karena Transfer Factor dapat meningkatkan imunitas seluler atau TH1, maka ia sangat menolong pada kondisi seperti ini. Sebagai contoh, dengan memerintahkan cell-mediated immunity melawan pengganggu dan antigen spesifik pada jaringan prostate, Transfer Factor sangat efektif pada perawatan Kanker prostate yang sudah metastasis pada stadium D3 hormone-unresponsive. Follow-up menunjukkan peningkatan rata-rata hidup pada 50 pasien, dengan penyembuhan total pada 2 pasien, kemungkinan sembuh pada 6 pasien, dan tidak terjadinya metastasis pada semua pasien. (14,15) Penggunaan Transfer factor menunjukkan perbaikan pertahanan sebagai suatu hal penting untuk menghentikan perkembangan sel kanker. (16)

Sebelum transfer factor dapat diekstrak dari kolostrum, ia hanya dapat diperoleh dari hasil dialisa leukosit (DLE=dialyzed leukocyte extract). Pada literature dikatakan bahwa DLE antigen tertentu telah digunakan untuk berbagai kondisi infeksi virus, kondisi autoimun, dan kanker tertentu. Telah ditemukan bahwa DLE memfasilitasi imun untuk menjadi antigen tumor. It has been found that DLE facilitated immunity to tumor-associated antigen. Fudenburg menunjukkan bahwa transfer factor dari donor terpilih dapat meningkatkan respon awal sel pada pasien dengan osteogenik sarcoma.

Salah satu faktor yang melemahkan sel imun pertahanan awal tubuh kita adalah lingkungan (seperti bahan kimia atau polusi logam berat). Penelitian telah menunjukkan bahwa pemaparan dalam waktu lama oleh polychlorinated hydrocarbons dapat menekan proses fagositosis, penurunan aktivitas NK sel, dan penurunan respon limfosit pada tikus. (17) berakibat pada penurunan pengaturan sistem imun, dengan respon TH2 yang lebih dominant, terjadi bila terpapar dengan merkuri. Sehingga respon TH1 tidak membaik, meningkatkan kasus terjadinya kanker hingga penyakit autoimun. (18)


Viral Infections

Dalam pengobatan dewasa ini, kita melihat meningkatnya permasalahan dengan infeksi virus, seperti otitis media, cacar, infeksi kronis, Epstein-Barr virus (EBV). CMV acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), hepatitis, dan West Nile virus. Kita menggunakan berbagai perawatan beragam, mulai dari interferon hingga azidothymidine (AZT), ribavirin, and relenza. Walaupun dengan semua senjata imun teknologi tinggi telah digunakan, kita masih sering kalah perang dengan virus-virus tersebut.

Pada terapi infeksi virus, transfer factor menyediakan modal dasar yang bekerja pada tingkat yang paling dasar dan utama. Transfer factor dapat menginduce interferon pada pasien dengan infeksi virus. (19)

Infeksi virus mengindikasikan peningkatan kondisi TH2 dan penurunan kondisi TH1. Hal yang sama juga terjadi pada infeksi jamur, parasit, dan penyakit kanker. Infeksi bakteri juga berhubungan dengan penurunan kondisi dominant-TH2.

Dengan merangsang TH1, transfer factor sangat menguntungkan pada perawatan pasien hepatitis. Pada hepatitis C, kondisi dominant-TH2 berperan penting dalam perkembangan hepatitis kronis. Perangsangan TH1 menghasilkan pembersihan partikel-partikel virus dan penyembuhan hepatitis. (20,21) Studi menunjukkan pasien cacar dan komplikasinya telah sukses berhasil disembuhkan dengan non-specific transfer factor. Gejala dapat dihilangkan dalam waktu 24 jam tanpa efek samping. (22)

Satu teori mengatakan bahwa satu mekanisme yang terlibat pada kelainan autisme adalah ketidakseimbangan imun terhadap pole imunitas TH2, sebagai hasil dari vaksinasi (measles, mumps, and rubella). Akhir-akhir ini, dilakukan studi untuk menguji coba efektivitas transfer factor sebagai modulator imun pada kelainan autisme ini.
Telah diketahui bahwa virus sangat berperan pada etiologi Otitis media akut (AOM = acute otitis media) pada anak-anak. Pada studi tentang AOM, 75% anak-anak positif menderita virus seperti respiratory syncytial virus (RSV), para influenza, and influenza, dan 48% memiliki virus penyebab pada efusi telinga tengah. (23) Virus-virus ini bekerja sebagai pendahulu dari infeksi bakteri spesifik AOM. (24) Terjadi hasil yang sangat bagus pada perawatan awal dan pencegahan otitis media dengan menggunakan transfer factor.

Beberapa persen penderita asma memiliki gejala infeksi pernafasan, kebanyakan akibat dari infeksi virus. Studi penggunaan transfer factor pada pasien asma menunjukkan bahwa sekitar 50% pasien dapat menghentikan penggunaan steroidnya, dan separuhnya lagi dapat menurunkan dosis penggunaan steroidnya. Secara umum, terjadi penurunan biaya rumah sakit. Penggunaan transfer factor memperbaiki imunitas selular. Tidak terjadi efek samping dan reaksi alergi. (25)

Dalam kasus-kasus alergi, Kahn melaporkan peningkatan kejadian infeksi, seperti para influenza virus, syncytial virus, adenovirus, etc., sebagai faktor predisposisi pada anak-anak penderita asma. Ditemukan juga bahwa anak dengan asma punya kecenderungan cepat terkena infeksi. (26) 12 dari 15 anak mengalami ketidaksempurnaan pada imunitas sel-T, walau beberapa diantaranya tidaklah parah. (27) Hal ini menjadi perhatian bahwa fungsi sel mediated imun yang tidak sempurna menjadi faktor pada penyakit-penyakit virus.

Telah diteliti bahwa wanita dengan infeksi human papilloma virus (HPV) memiliki ketidaksempurnaan mekanisme proteksi dari cell-mediated immunity. (28) Keadaan perubahan kondisi dominant-TH1 ke TH2 dalam pola cytokine berhubungan dengan semakin parahnya infeksi HPV. Peningkatan masalah gynecological ditemukan sebagai penyebab kedua pada infeksi HPV. Potensi transfer factor pada infeksi HPV perlu digali lebih lanjut.


Chronic Infection

Transfer Factor juga dapat memperbaiki kerusakan sistem imun yang terjadi akibat infeksi kronis. Berapa banyak praktisi yang melihat skenario sbb: seorang anak datang dengan bronchitis atau tonsilitis yang berulang (rekuren), yang ia derita sejak bayi, sehingga perlu terapi antibiotik secara berkala/berulang kali. Hal ini akan menimbulkan gejala kandidiasis kronik. Riwayat eksim kronis atau alergi juga sering ditemukan. Tes imunologi atau tes kulit menunjukkan kekurangan pada cell-mediated immunity, tapi bukan kerusakan. Grohn melaporkan bahwa pada beberapa kasus dan memperoleh hasil bahwa perawatan berhasil sukses dengan transfer factor. (29) Di sini kita dapat melihat bahwa transfer factor sangat menolong untuk mengatasi kondisi dominant-TH2: alergi, kandidiasis kronis, dan eksim.

Transfer factor dapat menghilangkan kasus-kasus yang rekuren, non-bacterial cystitis (NBRC), kala perawatan dengan antibiotik dan obat-obatan non steroid tidak berhasil. (30) Berbagai studi menunjukkan hasil positif dengan transfer factor pada chronic mucocutaneous candidiasis. (31)

In Lyme disease, cytotoxic production of a TH2 phenotype is correlated to resistance, while that of a TH1 phenotype is correlated to susceptibility. (32) This suggests that certain people have an immune glitch that makes their immune system prone to either the TH1 or TH2 pattern and therefore more susceptible to different diseases. This may be precisely where transfer factor having immune-modulating effects, can be helpful. For instance, in Lyme patients we usually see a TH-1 dominated pattern, but transfer factor works very well for certain subsets of Lyme patiens.


Chronic Fatigue

Transfer factor has been used in chronic fatigue immune dysfunction syndrome, especially if a viral etiology can be found. It has had varied success, although one may need to use increased dosages. If polyvalent transfer factor is not successful, the use of antigen- (or disease-) specific transfer factor may need to be explored. (33)

In elderly patients with cellular immunodeficiency and chronic fatigue syndrome, age-related decrease in recovery occurred after treatment with transfer factor. (34) Success with transfer factor in chronic fatigue syndrome secondary to human herpes virus 6 (HHV6), genital or labial herpes, and recurrent ocular herpes has been well-documented. (35-37) A study on the effect of transfer factor on the course of multiple sclerosis showed that it retarded the progression of the disease in mild to moderate cases. (38)


The Treatment

Terapi dengan transfer factor bergantung pada dosis yang digunakan. Pada infeksi virus, biasanya dimulai dengan 3 kapsul 3 kali perhari. Dosis kemudian dapat diturunkan menjadi 1 kapsul 3 kali perhari. Dosis ini dipertahankan pada kasus-kasus infeksi virus kronis, infeksi herpes kronis, chronic fatigue secondary to CMV or EBV, chronic colds, dan kasus resistensi. Jika ada infeksi virus berlebihan, dosis dapat ditingkatkan menjadi 3 kapsul 3 kali perhari. Biasanya, pasien melaporkan penurunan kecenderungan terhadap cold, penurunan gejala pada hidung (Seperti postnasal drip and chronic sinus symptoms). Pada kondisi alergi, dewasa mulai dengan 2 kapsul 3 kali perhari, meningkat menjadi 3 kapsul 3 kali perhari jika gejala bertambah buruk. Dosis kemudian diturunkan pada dosis maintenance seiring dengan penurunan gejala.

Pada kasus chronic fatigue syndrome, pasien mulai dengan 3 kapsul 3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan tergantung respon orang tersebut. Dosis 4-5 kapsul 3 kali sehari dapat diterapkan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi dan/atau radioterapi, yang mengalami penurunan fungsi imun seluler.

Tes-tes fungsi imun dapat dilakukan, terutama tes penentuan CMI, dapat dilakukan untuk menentukan dosis. Dapat juga untuk menentukan jumlah cytokine, menentukan IL-2, IL-4, IFN-U, IL-10, dsb. Peningkatan jumlah IL-2 dan interferon gamma akan mengindikasikan kondisi predominant-TH1, sementara peningkatan jumlah IL-4 and IL-10 akan mengindikasikan kondisi dominant-TH2. Aktivitas sel NK, yang biasanya turun pada kasus-kasus kanker, akan meningkat dengan penggunaan transfer factor, dan dapat diukur secara periodik.

Pada kasus anak-anak yang sering mengalami serangan virus, asthma, allergic chronic sinus symptoms, and chronic candida symptoms, dosis awal sebagai berikut:

Under 1 year : ½ capsule a day (200mg of transfer factor per capsule).
1-5 years : ½ capsule a day
6-12 years :  1 capsule 2 times a day
Over 12 years :  1 capsule 3 times a day

Dosis di atas adalah dosis awal; dosis dapat dinaikkan bertahap tergantung tingkat keparahan penyakit.

Biasanya, pada saat pasien memulai mengkonsumsi transfer factor, dapat merasakan gejala seperti flu (flu-like symptoms), mual, atau gejala pada saluran pencernaan. Karena transfer factor adalah peptide kecil dan tidak mengandung protein susu, reaksi alergi sangat jarang terjadi. Gejala-gejala tersebut biasanya diklasifikasikan mekanisme Jared Herxheime, dan kemungkinan timbul sebagai reaksi awal transfer factor pada usus atau pathogen sistemik. Bila pasien diinformasikan tentang gejala yang mungkin dapat timbul, maka mereka akan terus melanjutkan perawatan.


Transfer Factor dan Terapi Alternatif Lainnya

Pada kasus-kasus komplikasi imun atau pada perawatan kanker, sangat bermanfaat untuk menambah suplemen jenis herbal dan nutrisi lain untuk meningkatkan efek stimulasi imun. Faktor-faktor tambahan ini akan mempertajam kenaikan aktifitas sel NK, meningkatkan fagositosis, meningkatkan pematangan sel-T, meningkatkan imun secara keseluruhan, dan mempercepat reaksi beruntun penghancuran toxin. Bahan-bahan yang dapat memperkuat Transfer Factor termasuk di antaranya adalah hymic protein factors, herbal China (seperti astragalus, cordyceps, shiitake, maitake, dan reishi), inositol hexaphosphate, melatonin, 1-3 beta glucan, glutathione, dan antioksidan lainnya. Vitamins A, D, dan B6 menaikkan pola TH2, sementara vitamins E, C, dan folate menaikkan produksi TH1. (39) Vitamin B12 menekan respon TH1. (40) Sebagai tambahan, akupuntur ditemukan juga dapat meningkatkan jumlah perimeter imun CMI CMI. Levels of CD 3+, CD 4+, CD 4+/CD 8+, dan beta-endorphins ditemukan meningkat pada penderita tumor ganas setelah perawatan dengan akupuntur. (41)

Thymic factors menyebabkan pematangan sel-T dan meningkatkan cell-mediated immunity. Namun transfer factor jauh lebih efektif pada post-thymic cells. Bagaimanapun kegunaannya, thymic factors dan transfer factor direkomendasikan untuk terapi immunodeficiency. (42,43) Studi baru-baru ini oleh Dr. D. See menunjukkan bahwa transfer factor meningkatkan aktivitas sitotoksik sel NK. Efek transfer factor lebih besar daripada bahan-bahan lain yang terkenal dapat meningkatkan sel NK, seperti echinacea, acemannan, 1-3 beta glucan, IP-6, dan certain Chinese mushrooms. Kolostrum memiliki ¼ potensi. Parameter imun lainnya, seperti fungsi sel-T dan tes imunitas seluler, tidak dilakukan pada studi ini. (44)

Kesimpulan

Fungsi sistem imun adalah pusat/jantung dari meningkatnya infeksi dan kelainan imunologi yang ditemukan pada praktek klinik. Melalui bahan unik dan aktifitasnya, transfer factor sangat berguna, relatif tidak ada risiko, dan terapi yang paling penting untuk perawatan dalam melemahnya kondisi cell-mediated atau TH1. Pikirkan dari sisi potensial kegunaannya pada penyakit-penyakit seperti cancer, chronic fatigue, viral infections, allergies, fungal infections, chronic infections, and autoimmune diseases.


IGF-1

Does any of the 4Life TF products contain IGF-1?

“Insuline-like growth factor-I (IGF-1) adalah hormon pertumbuhan dengan karakteristik mirip insulin dan growth hormone. Fungsinya untuk menstimulasi pertumbuhan sel-sel pada jaringan tubuh. IGF-1 ditemukan pada tubuh manusia dan kolostrum sapi dan manusia. Konsentrasi IGF-1 pada kolostrum beratus kali lipat lebih tinggi daripada yang terdapat pada susu.

Pada bayi yang baru lahir, satu fungsi utama IGF-1 adalah merangsang pertumbuhan gut, memperbaiki fungsi pertahanan. IGF-1 juga dapat merangsang pertumbuhan sel-sel yang tidak dibutuhkan, seperti sel kanker. IGF-1 adalah molekul besar. Pada kolostrum, IGF-1 hampir seluruhnya terikat protein, sehingga menjadikannya molekul yang sangat besar. Proses microfiltration yang telah dipatenkan oleh 4Life untuk mengekstrak Transfer Factors dari kolostrum, tidak memungkinkan molekul sebesar ini melewati membrane filtrasi.

Penelitian terakhir menunjukkann kolostrum sapi akan meningkatkan jumlah serum IGF-1 pada manusia. Faktanya, pemnelitian ini menunjukkan bahwa hampir semua IGF-1 mengalami pemecahan di perut. Sementara penyerapan hanya terjadi dalam jumlah kecil pada bayi baru lahir, hal yang tidak dapat dipastikan jika konsumsi oral IGF-1 dapat diserap pada orang dewasa. Mempertimbangkan fakta ini, kami yakin bahwa kekuatan imun yang diberikan oleh produk Transfer Factor 4Life berasal dari kemampuan transfer factor itu sendiri, bukan dari molekul-molekul penyertanya.

Selanjutnya, mereka penderita kanker tidak perlu khawatir tentang adanya pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak diinginkan kala mengkonsumsi produk Transfer Factor 4Life. Sebaliknya, telah banyak orang yang melaporkan bahwa produk Transfer Factor 4Life sangat menolong mereka dalam mensuport sistem imun disaat mereka berperang melawan kanker.”
4Life product support Tue, 07 Dec 2004
 

Penelitian Dr. Darryl See Penggunaan 4Life Transfer Factor Pada Pasien Kanker


Obat Kanker-Jantung-Hiv-Lupus-Stroke-Ginjal-Autoimun-Alergi-Sistem-Imun
Dr. Darryl See
Dr. Darryl See
Dr. Darryl See adalah seorang peneliti di WHO, beliau telah menerbitkan lebih dari 30 jurnal artikel tentang penyakit-penyakit kronis dan gangguan-gangguan daya tahan tubuh yang mendapatkan maanfaat luar biasa dari transfer faktor. Pada pasien kanker, Transfer Factor mampu meningkatkan fungsi Sel Natural Killer (NK cell) yang mampu memerangi sel kanker.

Riset Dr. Darryl See meneliti 20 pasien menunjukan 16 pasien kanker stadium 3 dan 4 yang menjalani terapi TF mengalami pemulihan dan dalam kondisi stabil.  



Dosis yang diberikan 9 kapsul Transfer Factor Plus per hari selama 6 bulan. Riset itu mencatat peningkatan fungsi NK-cell dari normal 6,4 menjadi 27,6 pada bulan keenam. Setelah 6 bulan, 16 dari 20 orang penderita kanker, ternyata masih dapat bertahan, dan kini berada dalam kondisi "remission" yaitu dalam kondisi stabil dan berangsur pulih.


Dr See Menyimpulkanhasil penelitiannya yaitu Belum Pernah Ditemukan Sejenis Herbal Produk Makanan Kesehatan atau Obat-obatan yang Mempunyai Kekuatan dalam Merangsang & Meningkatkan Daya Imum Seperti Transfer Factor dan menganjurkan agar semua orang mengkonsumsi Transfer Factor.

Riset Kanker di Russian Cancer Research Center
Studi in vitro yang diusung Kisielevsky dan Khalturina dari Russian Cancer Research Center, Russian Academy of Medical Sciences (RAMS), Rusia. Kedua peneliti ini membuktikan Transfer Factor merangsang antitumor dan meningkatkan aktivitas sitotoksik sel darah mononuclear dari donor sehat. Efek paling signifikan terlihat setelah 48 jam inkubasi TF pada konsentrasi 0,0001 - 0,1 mg/ml. Inkubasi Transfer Factor yang berasal dari kolostrum dan kuning telur itu meningkatkan sitotoksisitas sel darah 18-99% 





Kenapa Transfer Faktor itu Luar Biasa?

Peran Tansfer Factor antara lain meningkatkan aktivitas sel NK (natural Killer) sebanyak 200 - 400%. Sel NK adalah pembasmi sel-sel yang terinfeksi penyakit.  Selain itu, Transfer Factor juga menenangkan sistem imun yang terlalu aktif. Dengan kata lain, autoimun dapat dicegah. Itu penting dalam penanganan penyakit yang sistem kekebalan tubuh melebihi batas normal (autoimun); seperti lupus, alergi, asma, psoriasis, dll.  
 

Transfer Factor VS Kolostrum

PERBEDAAN KOLOSTRUM SAPI DENGAN 4LIFETRANSFER FACTOR™

Karakteristik
Kolostrum Sapi
Transfer Factor®
(4Life Research, USA)
Manfaat Khusus
Perlindungan terhadap serangan penyakit, bakteri, virus (Kolostrum ini merupakan Antibodi Sapi yang ditelan).
Pencerdasan Sistem Kekebalan Tubuh (Membedakan sel tubuh sendiri dengan kuman penyakit, memperlancar komunikasi antar sel pertahanan tubuh).
Lingkungan Pemeliharaan Sapi
Makin bersih lingkungan pemeliharaan, sapi makin jarang terserang penyakit, makin sedikit jenis Antibodi yang terbentuk.
Kondisi lingkungan justru memperkaya (!) informasi penyembuhan berbagai penyakit yang pernah dialami induk sapi.
Sifat Kekebalan
Kekebalan Pasif, Antibodi yang telah bereaksi melawan penyebab penyakit, akan habis terpakai, tidak dapat diproduksi ulang oleh tubuh.
Kekebalan Aktif, Sel Kekebalan Tubuh menyerap informasi dari Transfer Factor untuk menjalankan berbagai fungsi. Informasi ini tetap ada saat sel kekebalan memperbanyak diri.
Masa Kekebalan
Antibodi yang beredar dalam tubuh akanberkurang keampuhannyasebanyak 50% dalam 23 hari atau 1 s/d 2 hari dalam saluran pencernaan.
Bertahan lama, khususnyafungsi pencerdasan kepada Sel Kekebalan Tubuh yang diajarkan oleh Transfer Factor.
Tingkat Penyerapan
Sebagian besar antibodiakan rusak oleh asam lambung dan enzym pencernaan oleh karena itu hanya kurang dari 15% yang dapat diserap oleh tubuh.
Transfer Factor tidak akan rusak oleh asam lambung dan enzim pencernaan sehingga dapat terserap sempurna.
Ukuran Molekul
Merupakan struktur protein yang sangat besar, dengan berat molekul 150.000 Da.
Merupakan protein yang sangat halus, dengan berat molekul 3.500 - 6.000 Da.
Kemungkinan Alergi
Alergiakibat antibodi yang berasal dari sapi sering terjadi. Antibodi yang terserap ini akanmembuat tubuh kita memproduksi Antibodi lain untuk melawanantibodi dari sapi tersebut.
Ukuran molekul Transfer Factor yang sangat kecil tidak akan menyebabkan alergi.
Lokasi Kekebalan Tubuh
Antibodi yang ditelan,hanya bermanfaat untuk mengikat toksin dan bakteri berbahaya dalam saluran cerna.
Mencakup spectrum yang sangat luas dalam Sistem Kekebalan Tubuh.
Kekebalan Khusus
Antibodi bersifat terbatasuntuk beberapa jenis kekebalan terhadap penyakit tertentu
Rangkaian sifat kekebalan yang luas dengan reaksi silang yang terpadu.
Kandungan Hormon
Mengandung hormon pertumbuhan untuk anak sapi (bovine growth hormone) yang tidak cocok untuk manusiasehingga akan dilawan oleh Antibodi dari tubuh kita.
Tidak ada mengandung hormon sapi lagi.


 

Apa Itu Transfer Factor

 

TRANSFER FACTOR MELEBIHI VITAMIN, HERBAL DAN ANTIOKSIDAN

“4Life Transfer Factor” adalah produk kesehatan yang menunjang Sistem Imun ( kekebalan Tubuh ).

Fungsi Transfer Factor :

1. Mendidik Sistem imun agar dapat mengindentifikasi sumber penyakit berupa Bakteri, Virus, Jamur dan Parasit.

2. Merangsang Sistem Imun untuk menyerang Sumber penyakit. dan mengingatnya.

3. Menenangkan sistem imun untuk kembali kepada status siaga dan menyeimbangkan sistem imun.

Kategori Transfer Factor berbeda dengan produk kesehatan Lainnya. Transfer Factor adalah Molekul Alami Pembawa informasi kekebalan Tubuh ( Immune IQ ).

Jadi Transfer Factor BUKAN Vitamin, Mineral, Herbal, Obat, Hormon dan Cellfood.

Transfer Factor dapat meningkatkan daya tahan tubuh hingga 283 % dan Transfer Factor Plus 437 %

apa TF 1

PENELITIAN INDEPENDEN TERHADAP 196 PRODUK KESEHATAN

4Life Transfer Factor produk TERBAIK dalam meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh (Peningkatan Natural Killer Cell). Penelitian ini dipublikasikan oleh JANA (Journal of AMerican Nutraceutical Assosiation)


Hasil Penelitian Independent selama 7 Tahun (1992 – 1999) terhadap 196 produk-produk terkenal (dengan lebih dari 400 ramuan) untuk meningkatkan sistem imun, menghasilkan hanya 12 Produk terbaik yang di rekomendasikan. Hasil penelitian dipublikasi di JANA (Journal Association Nutrition of America). Diteliti oleh RAMS (The Russian Academy of Medical Science) dan Juenesse Inc. Institute of Longevity medicine, California USA.

Dalam meningkatkan kekebalan tubuh / sistem imun, TRANSFER FACTOR :

8 x lebih kuat dari Lingzhi / Gano

10 x lebih kuat dari Echinacea

19 x lebih kuat dari Colostrum (IgG)

29x lebih kuat dari Noni & Aloe Vera

30 x lebih kuat dari Ginseng, Spirulina, Royal Jelly, Chorella, Alfalfa, Grean Tea, Wheat Grass, Gingko, Chlorophyl, Bee Propolis, Maca, Grape seed, dll.

TRANSFER FACTOR – TRI FACTOR FORMULA

PRODUK KESEHATAN SATU-SATUNYA YANG DAPAT MENGIDENTIFIKASI SUMBER PENYAKIT

PENEMU TRANSFER FACTOR –  1949
Dr H. Sherwood Lawrence (Ilmuan dan imunologi)

Dr H. Sherwood Lawrence, saat meneliti penyakit TB (Tuberculosis) menemukan “MOLEKUL INFORMASI” yang terkandung di dalam sel darah putih manusia (sistem imun). Beliau dapati molekul tersebut dapat dipindah dari satu orang kepada orang yang lain dan dapat memberikan penerimanya “KEKEBALAN” dari penyakit tersebut. Beliau menamakan molekul tersebut “Transfer Factor” (TF).

pdr_01Produk 4Life Transfer Factor terdaftar dalam PDR sejak tahun 2013 hingga 2015

Salt Lake City, Utah eksekutif 4Life sangat senang mengumumkan bahwa produk 4Life Transfer Factor ® telah terdaftar di Physician Reference 2013 itu (PDR).

“PDR ini adalah salah satu sumber referansi yang telah dibuktikan oleh komunitas medis dan didistribusikan ke 475.000 profesional kesehatan di seluruh Amerika Serikat.

Edisi 2013 yang PDR menyediakan informasi mendalam tentang produk 4Life Transfer Factor dan 4Life Transfer Factor Plus Tri-Factor Formula. Selain itu, publikasi ini menawarkan deskripsi teknis dari lini produk dan sinopsis pada beberapa studi klinis.







4Life transfer Factor menjadi produk suplement pertama oleh pemerintahan Rusia yang mendapatkan izin untuk digunakan di seluruh rumah sakit di Rusia.

Setelah Departement kesehatan Rusia mengeluarkan Methological Letter atas hasil penelitian terhadap beberapa kasus penyakit dengan mengunakan 4life Transfer Factor

Penelitian transfer factor lebih dari 50 tahun, menghabiskan 40 juta US Dollar, dan memiliki lebih dari 3500 laporan uji klinis.

Ilmuwan lebih dari 70 negara telah melakukan penelitian mengenai manfaat transfer factor

4Life transfer Factor di ramalkan akan berada di setiap rumah.


PANDANGAN PAKAR KESEHATAN


“Saya percaya transfer factor, tanpa keraguan, penemuan terbesar abad ini dalam mendukung dan memodulasi sistem kekebalan tubuh. Saya percaya sebuah sistem kekebalan diperkuat akan menjadi cara utama untuk tetap sehat di masa depan. Gizi ini dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh . Saya sungguh-sungguh percaya setiap orang perlu mengkonsumsi produk ini. “ Rob Robertson Jr., MD


“Transfer Factor adalah terobosan yang paling menjanjikan dalam perawatan kesehatan ditemukan dalam beberapa dekade. Kita baru saja mulai mengeksplorasi semua potensi faktor transfer. Neutriceuticals seperti Tansfer Factor adalah gelombang masa depan”Dr. Victor Tutelian, MD, MPH


“Dalam 43 tahun praktek medis saya belum pernah ada dari farmasi atau produk gizi  seperti Transfer Factor yang dapat membantu orang untuk sembuh dan tetap sehat. Karena teman-teman dan kerabat saya mendapatkan tanggapan positif dari produk Transfer Factor, aku berkomitmen pada diriku untuk memberitahu  Transfer Factor kepada semua orang, di mana-mana. Sebagian besar orang tidak menyadari bahwa mereka dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh mereka dengan mengkonsumsi Transfer Factor . Aku merasa sangat yakin bahwa setiap orang membutuhkan produk Transfer Factor untuk kesehatan mereka dan saya mendorong Anda untuk bergabung dengan saya di misi menarik ini untuk mengurangi penderitaan sesama manusia. “
C.K. ‘Benny’ Foo, MD


“Saya seorang dokter kanker. Aku mengobati wanita terutama kanker dan tentu saja mendorong pasien saya yang menjalani kemoterapi dan terapi radiasi untuk menkonsumsi Transfer Factor. Ini membantu untuk memodulasi sistem kekebalan tubuh dan sangat bagus untuk kesehatan secara keseluruhan. Saya mempunyai pasien dengan infeksi herpes kronis yang menkonsumsi Transfer Factor secara teratur. Pasien ini telah melaporkan kemajuannya. Saya juga punya pasien dengan infeksi jamur kronis yang mengkonsumsi Transfer Factor  dan melaporkan perbaikan  juga. Transfer Faktor adalah produk berbasis ilmu pengetahuan dengan data yang sangat baik dari berbagai peneliti. “ Duane Townsend, MD

 
 
Support : Creating Website | 4Life Team | Blora
Copyright © 2011. 4 Life Blora - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by GungsBisco | Taman Herbals | 4Life Themes
Proudly powered by BIGBASS